Minim Animo Aset Kripto

Minim Animo Aset Kripto
  • By:
  • 16 Jul 2023

JAKARTA – Momentum peluncuran bursa kripto dinilai sudah lewat. Musababnya, saat ini animo publik terhadap aset kripto sedang lesu. Karena itu, para pelaku investasi dan ekonom berharap peluncuran bursa kripto tak lagi ditunda.

“Momen bursa kripto ini sebenarnya sudah lewat. Semestinya sudah diluncurkan satu-dua tahun lalu,” ujar praktisi investasi Desmond Wira kepada Tempo, kemarin, 12 Juli 2023. Ia mengatakan saat ini belum ada sentimen positif yang mengerek aset digital tersebut. Buktinya, nilai transaksi kripto terpantau kian menurun dalam beberapa waktu terakhir.

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) rencananya meluncurkan bursa kripto pada bulan ini. Namun pasar kripto saat ini tengah lesu. Pada Juni 2023, Bappebti mencatat nilai transaksi perdagangan fisik aset kripto sebesar Rp 8,97 triliun. Apabila dibanding nilai transaksi pada Mei yang sebesar Rp 8,21 triliun, nilai transaksi pada bulan ini naik 9,3 persen. Namun angka tersebut masih di bawah nilai transaksi pada April yang mencapai Rp 10,77 triliun.

Adapun total nilai transaksi dari awal tahun sampai Juni 2023 tercatat sebesar Rp 66,44 triliun, turun 68,65 persen dibanding pada periode Juni 2022 yang sebesar Rp 211,96 triliun. Sementara itu, jumlah pelanggan aset kripto terdaftar sampai Juni 2023 tercatat sebesar 17,54 juta pelanggan. Bappebti menyebutkan ada pertambahan 141,8 ribu pelanggan, dengan rata-rata kenaikan jumlah pelanggan terdaftar sebesar 490,8 ribu pelanggan per bulan.

Desmond mengatakan peluncuran bursa kripto belum tentu bisa meningkatkan minat masyarakat untuk bertransaksi kripto. Musababnya, pergerakan aset kripto sangat bergantung pada kondisi kripto di pasar global, yang juga masih lesu karena berbagai sentimen negatif. Terlebih harga Bitcoin masih berkutat di kisaran US$ 30 ribu per koin.

Harga Bitcoin tersebut sudah jauh lebih tinggi ketimbang pada awal tahun ini yang berada di kisaran US$ 16 ribu per koin. Namun harga koin digital tersebut masih jauh di bawah harga pada beberapa tahun belakangan. “Ini kan masih rendah. Ada kemungkinan masih banyak investor lama yang nyangkut sehingga relatif lesu. Sedangkan investor baru hendak masuk pun ragu-ragu karena minim sentimen positif,” ujar Desmond.

Pertambahan Jumlah Investor Kripto Terus Turun

CEO Tokocrypto, Yudhono Rawis, mengakui bahwa nilai transaksi kripto masih mengalami tren menurun, terutama jika dibanding pada periode sebelumnya. Pertambahan jumlah investor secara bulanan juga terus menurun dan tidak pernah melebihi 1 persen sejak Oktober 2022 hingga Mei 2023. Namun ia optimistis investasi aset kripto di Indonesia masih memiliki prospek.

Menurut dia, dibanding negara lain, Indonesia cukup maju dalam adopsi dan pertumbuhan investasi kripto. Dengan ekosistem yang kuat, kerangka regulasi yang mendukung, dan komunitas yang aktif, ia yakin Indonesia cukup unggul dalam peta global aset kripto. “Meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan baru-baru ini, kami tetap yakin pasar aset kripto masih memiliki potensi besar dan akan terus berkembang dalam beberapa tahun mendatang,” kata Yudho dalam keterangan tertulis, 6 Juli lalu.

Ia mengatakan, kendati menghadapi berbagai tantangan baru-baru ini, industri aset kripto tetap tangguh dan terus menarik investor yang mengenali potensi pertumbuhan jangka panjang aset digital ini. “Dengan adanya kemajuan terus- menerus serta upaya untuk meningkatkan ekosistem aset kripto, para pemangku kepentingan industri bertujuan menciptakan lingkungan yang berkelanjutan dan berkembang bagi para investor di Indonesia.”

Di sisi lain, Trader Eksternal Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, melihat bahwa, di tengah fluktuasi pasar ini, Bitcoin menunjukkan potensi pertumbuhan untuk mengalami fase bullish pada Juli 2023. Berdasarkan beberapa analisis data, tutur dia, bulan Juli menawarkan peluang yang bisa dimanfaatkan pelaku pasar untuk meraih keuntungan.

Layar pergerakan kripto di Jakarta, 29 Mei 2021. Tempo/Tony Hartawan

Misalnya, menyitir data Bitcoin Monthly Returns, BTC selalu mengalami kenaikan lebih dari 15 persen pada Juli sejak 2020. Pada saat crypto winter tahun lalu pun, Fyqieh melanjutkan, Bitcoin masih mencatatkan kenaikan lebih dari 17 persen.

“Di samping itu, dari jejak teknikal, Bitcoin belum pernah menyentuh penurunan lebih dari 10 persen pada Juli dalam tiga tahun terakhir, menunjukkan kekuatan tren bullish yang mengesankan selama periode tersebut. Hal itu menciptakan peluang menarik bagi investor yang ingin memanfaatkan momentum positif ini,” kata Fyqieh.

Kepala Bappebti Didid Noordiatmoko membenarkan bahwa tren perdagangan masih turun dibanding beberapa tahun ke belakang. Namun, ia melanjutkan, kondisi tersebut tidak mengurungkan niat pemerintah untuk segera meluncurkan bursa kripto. “Masa depan kan di kripto. Jadi, walaupun transaksi tidak sesibuk dulu, kami tetap perbaiki ekosistemnya,” ujar Didid. Dengan meluncurkan bursa saat tren perdagangan melesu, ia berharap perbaikan bisa dilakukan secara terus- menerus. Dengan demikian, ketika tren perdagangan membaik, ekosistem bursa sudah siap.

Senada dengan Didid, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, mengatakan bursa mesti segera diluncurkan kendati saat ini animo perdagangan kripto sedang turun dibanding pada masa pandemi lalu. Musababnya, bursa ini sudah lama ditunggu para pelaku perdagangan kripto karena bisa meningkatkan transparansi dan keamanan transaksi.

Selain itu, kehadiran bursa akan memperjelas pencatatan transaksi dan mencegah pencucian uang melalui aset kripto. Adanya bursa kripto juga akan memberi kepastian hukum dari para pemain dan pedagang. “Selain itu, kalau dilihat dari riset kami, sebagian besar pengguna transaksi kripto kurang memahami kerja kripto. Harapannya, bursa kripto bisa meningkatkan literasi publik dan memperhatikan faktor risiko,” tutur Bhima.

By KoranTempo
CAESAR AKBAR | KHORY ALFARIZI

Berita lainnya baca disini