Warta Ekonomi, Jakarta – Ketua Umum Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo), Robby, mengumumkan penggabungannya dengan Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI) sebagai langkah untuk mendorong kolaborasi antar stakeholder dan memperkuat sinergi ekosistem kripto dan blockchain di Indonesia.
Dilansir dari keterangannya pada Rabu (18/10/2023), Robby yang juga Chief Compliance Officer (CCO) Reku mengatakan bahwa penggabungan Aspakrindo dan ABI dilakukan secara operasional.
“Saat ini, kedua asosiasi telah menjalankan kepengurusan secara bersama guna mendukung sinergi, pengawasan, pengembangan industri aset kripto yang berkelanjutan. Aspakrindo-ABI berkomitmen untuk bersama-sama meningkatkan edukasi, transparansi, serta memastikan operasional ekosistem kripto dan blockchain berjalan dengan sehat,” jelas Robby yang dilansir pada Rabu (18/10/2023).
Robby juga menambahkan, penggabungan Aspakrindo dan ABI dapat mempercepat proses koordinasi untuk mengambil langkah-langkah konkrit dalam mengembangkan ekosistem kripto yang berkelanjutan. Sebagai perwakilan dari Reku, Robby mengungkapkan bahwa nantinya pihaknya siap memberikan dukungan penuh untuk segala upaya kolaborasi, termasuk dengan asosiasi dan regulator demi mendorong potensi ekosistem kripto.
“Di antaranya seperti peningkatan adopsi kripto serta variasi produk dan layanan di ekosistem, dan penanggulangan platform ilegal,” imbuh Robby.
Direktur Eksekutif Aspakrindo-ABI, Asih Karnengsih juga mengatakan bahwa kedua asosiasi ini memiliki visi yang sama untuk menyatukan dan mendorong kolaborasi antar pemangku kepentingan. Sebelumnya, ABI yang menaungi 57 anggota yang berasal dari pelaku usaha serta komunitas kripto, blockchain, dan Web3.
“Ke depannya, merger antara Aspakrindo-ABI akan dilanjutkan ke pengembangan program-program yang bertujuan untuk meningkatkan kebermanfaatan teknologi blockchain bagi pelaku usaha, baik dari sisi keamanan, partisipasi dan kepercayaan masyarakat, skalabilitas, serta berbagai manfaat lainnya,” jelas Asih.
Asih pun mengakui, upaya edukasi dapat diwujudkan lebih luas melalui merger Aspakrindo dan ABI, sebab tantangan terbesar ekosistem kripto di Indonesia adalah kurangnya edukasi.
“Maka dari itu, kerjasama dengan Reku untuk mengedukasi kalangan mahasiswa tentu akan dilanjutkan di kota-kota lainnya dan menargetkan masyarakat yang lebih luas,” lanjut Asih.
Untuk mendorong edukasi dengan jangkauan lebih luas, Robby menekankan bahwa Reku terus melanjutkan kolaborasi bersama multi-stakeholders, sebab peluang di ekosistem kripto besar di Indonesia.
“Selain kegiatan edukasi, juga termasuk bersama regulator seperti Bursa untuk meningkatkan kepercayaan dan keamanan pengguna. Saat ini Bursa Kripto tengah berfokus pada proses pemberian izin Pedagang Fisik Aset Kripto (PFAK). Reku juga terus kooperatif dengan pihak Bursa, Kliring, dan Kustodian, untuk mendukung agar proses pemberian izin ini berjalan dengan lancar,” tutup Robby.
By: Warta Ekonomi
Penulis: Nadia Khadijah Putri
Editor: Amry Nur Hidayat
Berita lainnya baca disini